Kapan menikah 2

Ketika aku nulis tentang “kapan menikah” part 1, Aku hanya fokus pada teori dari observasi pada orang sekitar entah itu teman kantor, sahabat bahkan saudara Dan benar Ada nya sebagian berfikiran sama pada ide tersebut.
Dan Kali ini di part ke 2, Aku akan fokus pada diriku sendiri yang mengapa tampak begitu sulit untuk menjadi seperti kebanyakan orang yang bisa di katakan normal ya menikah di usia 20an. Aku ingin sampaikan di sini bahwa ini bukan tampak sulit, namun memang sesulit dari yang his di bayangkan oleh orang2 diluar diriku sendiri. Aku bukan berasal dari keluarga broken home, bahkan keluargaku mesra, amat sangat bahkan banyak keluarga lain yang Tau bagaimana Cara bapak memperlakukan ibuku yang sudah sakit sejak 2011 yang cukup menyita tenaga, uang Dan juga emosi namun bapak membuktikan seperti apa pria sejati, seperti apa suami yang sabar dan sebagai ayah bagi kami yang sangat darurat kehabisan kesabaran (hanya orang yang pernah merawat orang tua yang sakit lama Tau bagaimana ngeyelnya mereka). Pada kesimpulannya tidak Ada trauma masalalu atau kesakitan yang membuatku harus mempersulit semua ini.
Sebenarnya ini bukan kesulitan namin bukankah manusia itu sendiri adalah rumit, apalagi jika bicara tentang pria dan wnaita (bisa baca banyak buku tentang teori manusia). Bagi yang bisa mempermudahnya maka itu sesuatu yang baik untuk kamu.
Kalau betanya pada diri sendiri maka aku ga menaruh kriteria tinggi akan calon pendamping, bukan karena usia ku atau karena aku ga qualified tapi memang ya standard saja, bukan kah yang terpenting kenyamanan. Aku akan merasa nyaman jika orang orang tersebut seseorang yang dewasa secara emosional Dan pikiran. Seseorang yang cerdas dalam bersikap, seseorang yang bertanggung jawab, seseorang yang setia (red: bukan tukang selingkuh), bukan penjudi, bukan seseorang pemakai narkoba, bukan seorang yang ksar bicara apalagi secara fisik, bukan orang yang pelit apalagi cemburuan. Itu semua adalah Hal yang dipesankan olah ibuku terlepaa dari permintaan orang yang seiman (takut akan Tuhan) bukan dari Ras tertentu karena berdasarkan naluri orang tuaku.
Lalu apalagi masalahnya? Ga cukup sampai disitu. Aku ingin bertemu dengan seseorang yang:

Sudah memaafkan masalalunya. Kenapa ini penting, karena aku sering melihat bahwa seseorang yang maih bermasalah dengan Masalalunya apalagi hingga trauma berpotensi membuat konflik yang cukup menjadi penghalang menuju maaadepan (soal masalalu bisa di Cari,Ada banyak artikelnya)

Sudah cukup dengan dirinya sendiri, setidaknya sudah seperempatnya lebih bagus sudah setengahnya. Orang akan salah paham bagian ini sebagai orang yang Kaya,bukan tentang itu. Maksudnya, jika dia sudah cukup dengan dirinya berarti dia bukan seorang yang kekanak-kanakan, mencari perhatian, pembenaran Dan sebagainya, dimana dia akan menuntun orang lain untuk mengisi Hal itu (kekosongan pada bagian tertentu). Padahal akar dari masalah seseorang adalah ekspektasi pada sesuatu atau orang lain namun orang tersebut tidak bisa memenuhinya, maka Kita jadi kecewa bisa membenci (dendam), akar pahit bahkan putus asa. Maka salah bisa jika seseorang menikah karena ingin dirinya di bahagiakan apalagi sampai bilang supaya Ada yg ngurus. Terlalu naif jika menganggap seseorang bisa mengurus dirinya sendiri lalu bisa mengurus orang lain (biasanya beban ini diberikan pada wanita) apa salah seseorang terlahir sebagai wanita hingga harus menanggung beban tanggung jawab menjaga, mengurus rumah, keluarga, anak2, suami (berdasarkan issue terkini soal pasal tertentu bisa di lihat artikelnya) Dan sementara pria hanya harus bekerja saja dari jam 7-10 malam (misal) lalu kalau anak ga Naik kelas istri disalahkan Dan masih banyak contoh lain (akan panjang jika dijelaskan). Lebih parah bahkan akan dibilang berdosa jika di wanita pilih bekerja Dan si pria saja yg bertanggung jawab atas kelangsungan rumah Dan anak2. Lagi2 semua tentang anggapan masyarakat sang polisi sosial. Aku ga berniat menentang apalagi merubah hanya menuangkan fikiran di blog pribadi saja.

Meski sudah tertulis ingin seseorang yang bertanggung jawab, namun ga sedikit permasalahan dalam hidup berinteraksi dalam masyarakat sosial baik antara pertemanan, persaudaraan, bisnis dll bahwa manusia itu bisa berubah. Ada perubahan lambat, perubahan cepat Dan lagi mengerucut ke perubahan yang positive atau negative. Memang semua akan terlihat seiring berjalannya waktu. Namun karena aku ga mau berjudi/mempertaruhkan pernikahan Dan menghabiskan sisa hidup dengan orang yang ga bisa di percaya akan berubah menjadi baik, atau melakukan perubahan sesuai keadaan maka cukup sulit untuk ku menemukan seseorang yang berintegrity. Lagi2 aku ga akan kasih contoh karena Ada banyak contoh kasus seperti itu.ok aku kasih contoh, kalau bapakku ga bisa beradaptasi dengan kondisi setelah peenikahan selama 25 tahun ibu ku menjadi ibu yang super hebat bisa mengerjakakn semuanya, kalau pun sampai sakit cukup minum paracetamol atau program namun dia tetep his adiandalakan until semua, namun semenjak di tentukan sakit Batu ginjal, diabetes, Adam urat, Dan maag Kronos maka bisa dibayangkan bagaimana keadaan rumah kami Dan sudah ga heran kalau sekarang bapak yang masak air hangar, parut kunyit dll buat jamu ibu kalau kami ga Ada, karena kami semua merantau di Kota dan sudah banyak pembantu yang nyerah di rumah kami. Semoga sampai sini kalian paham, karena kau percaya pembaca sudah cerdas.

Nah itu kalau dari sisi pria mungkin cukup yang sekarang terlintas, lalu bagaimana dari sisi diriku sendiri? Bukankah pusat dari tulisan ini adalah diriku? Yup bener, ternyata aku sendiri adalah orangnya yang belum merasa diri penuh, belum bisa menerima diri sendiri atas banyak hal Dan Hal ini ga kaa di mengerti oleh mulut nyinyir yang bertanya kapan menikah. Aku bukan tipe orang pesimis. Bisa dibilang aku bukan orang yang percaya pada zoduak, namun untuk memperkuat pernyataan ini Aku seorang berzodiak leo, bershio macan kurang percaya diri apalagi. Ga usah berteori bahwasannya orang Paling pede adalah orang Paling minder, bukan, bukan itu. Ini mengenai berhubungan dengan diri sendiri yang belum komplit lalu di paksakan untuk menjalin komitmen yang serius dengan seseorang, keluarganya dll. Komplit bukan soal bisa masak, bisa jd bendehara yg baik di rumah tangga, bisa beresin rumah, bisa jadi porn star di ranjang atau jadi ibu cerdas harus kelar S2 karna anak2 Masa depan akna jauh lebih pintar, jelas bukan itu! Komplit secara jiwa, rohani Dan emosi. Dan masih banyak hal. Memang betul dimasa sebelum bertemu dengan the one, Ada baiknya menggali potensi diri, menjadi seseorang yang pantas until orang baik yang memang selevel, bisa juga.mumpung masih single jadi explore (meski pemikiran ini ga 100% benar). Tapi sekali lagi pengertian “komplit” atau “fullness” akan diri sendiri hanya Kita sendiri yang tau.
Pada akhirnya masih akan Ada saja pertanyaan “kapan menikah” dan tugas Kita yang belum menikah hanya bersabar. Berserahklah, waktunya hanya Tuhan yang Tau, kapan, dengan siapa Dan bagaimana. Bukan yang membuat hidup menarik ya karna mistery itu sendiri.
Sekian tulisan dari aku yang sampai tulisan ini dibuat belum bertemu dengan the one, bahkan , belum siap bertemu, belum mampu menghandle monster didalam diri sendiri, belum bisa matahkan argument orang2 yang bertanya “kapan menikah?” Dan menganggap apa yang Kita sampaikan hanya sebagai alasan, toh manusia ga butuh penjelasan, mereka hanya percaya pada apa yang mereka pikirkan. So kalau Ada yang tanya “kapan menikah?” silakan jawab dengan Cara senyamannya kamu tapi percayalah semua sia2 hehe jadi Saya sudah kenal dna pilih diam hehe. Tetep semangat Dan tetep kuat menjadi versi terbaik dirimu. Salam

Review Mantan Manten saat nya move on


Sebagai warga Indonesia sudah sepatutnya kita mendukung karya anak bangsa. Apalagi  jika kita ingin perfilman kita berjaya di negeri sendiri. Kali ini aku mau bercerita tentang sebuah film Indonesia yang berjudul “Mantan Manten”. . Film Baru Atiqah Hasiholan

Continue reading “Review Mantan Manten saat nya move on”

“Kapan nikah?” Part 1

Hai ladies saya beranikan diri tulis tulisan ini yang sudah lama jadi unek-unek saya. Di blog ini saya bukan menjudge, mengajari atau berbuat yang tidak baik melalui tulisan ini. Blog ini semata karena saya ingin sharing tentang fenomena disekitar saya dan memang benar adanya beberapa teman kantor lama dan baru, kenalan,orang baru ketemu, teman di sosial media,bahkan saudara yang diatas usia 30 dan belum menikah yang cukup merasa tidak nyaman ketika ditanya “kapan nikah?”. Kalau ladies bertanya kenapa judulnya “kapan nikah?” ya karena menurut saya pribadi itu pertanyaan pertama dan paling umum yang sering saya dengar banyak tempat, pertanyaan yang cukup ga penting tapi cukup bikin gerah bahkan bikin saya sempet ingin jawab emang situ akan bayarin biaya kalau saya nikah… hehe (kidding),hingga kalimat tanya ini jadi acuan tulisan saya.Oh ya ladies,rencananya akan ada tulisan “kapan nikah?” part 2.

Jadi tahun ini saya akan genap berusia 33 tahun di bulan Agustus, waah usia yang cukup bahkan terlalu matang ya..hehe.Dan ladies tau pasti bagaimana orang-orang disekitar memperlakukan saya, mulai dari nanya kapan nikah, sudah punya calon, emang ga pengen nikah, sampe kapan mau sendiri, nikah itu enak lhoo, mau cari yang kayak mana, mau kumpulin duit sebanyak apa dan masih banyak pertanyaan lain. Belum termasuk sindiran, katanya cantik tapi kog belum laku, eh si itu gendut udah nikah, anak pak itu nasibnya bagus ya dapet suami kaya, dan masih banyak lagi. Dan biasanya tekanan pertanyaan itu datang dari orang atau keluarga terdekat,yang ga deket-deket amat juga suka iseng nanya. So dari pada sensi bahkan ambil jalan pintas buru-buru menikah terus nyesel, yuks simak penjabaran aku siapa tau bisa merasa agak baikan.

Pertama saya mau cerita dulu bahwa saya anak pertama dari 4 bersadaura yang semua perempuan. Orang tua saya adalah PNS guru yang tinggal di desa di daerah lampung selatan. Saya suku batak karo dimana mama punya saudara 9 dan bapak 6 bersadaura. Belum ditambah keluarga lain. Bisa di bayangkan gimana eratnya kekeluarga di keluarga kami. Meski ketemu belum tentu sebulan sekali tapi kami saling tahu kabar setiap saudara dan masalah satu orang bisa jadi masalah bersama, kog bisa…hehe(next akan aku cerita kan). Intinya adalah kami keluarga besar yang dekat satu sama lain, para sepupu ga begitu jauh jarak umurnya dan rata-rata perempuan. Dengan keadaan tersebut sudah kebayang gimana majemuknya lingkungan saya.D sisi lain,bapak di sekolahnya ada sekitar 40 guru dan staff dan beberapa anak-anak guru itu ada yang satu tingkat waktu SD atau Smp. Belum teman mama semua guru sd sekecamatan mama kenal, saya juga hampir kenal karena saya sempat honor mengajar di sd mama jaman kuliah semester akhir. Lagi pula kecamatan lingkupnya kecil. Ini belum terhitung lingkup gereja ya. Dan di lingkungan desa saya. Kebetulan orang tua cukup aktif kalau ada tetangga yang nikahan orang tua suka bantu masak, jadi among tamu atau apapun, bantu begitu disebut rewang dalam bahasa jawa(memang lingkungan jawa).
Tetangga sering nanya, bu kapan kami rewang rumah ibu, pengen liat Ibu mantu, atau ada yang nanya Bapak anaknya milih-milih ya, suruh cepetan entar keburu tua kita, sudah mau pensiun ini. Dan masih banyak lagi kalimat-kalimat lain yang sebenarnya tidak perlu di ucapakan tapi namanya orang tua pasti kepikiran. Untuk saya sendiri yang ada di Jakarta meski nampak tidak bersosialisasi tapi ketika bertemu teman komunitas, teman lama atau teman apapun ga pernah luput terselip sindiran kakak kan jomblo mana paham, atau kasian ya jomblo, dan lain sebagainya. Saya biasanya nge les dengan jawaban ala ngeselin “ya jomblo tapi cantik kan”, atau “ya jomblo tapi hidup”…hehe.
Merefleksi terhadap semua pertanyaan,pernyataan,sindiran itu jujur yang jadi fokus saya pertama adalah perasaan orang tua. Saya kasihan pada mereka yang harus hadapin semuanya tapi saya ga bisa tolong atau ubah pola fikir mereka. Fokus kedua saya adalah diri sendiri. Sudah banyak artikel, buku, yang mengulas tentang jomblo atau single life. Saya tahu bahwa menikah tertulis di kitabku sebagai pernah untuk beranak cucu, pernikahan adalah kali pertama Yesus membuat mukjijat yang berarti pernikahan atau keluarga itu penting dimana Tuhan. Saya juga tau ketika orang bilang perempuan ada masanya untuk bereproduksi. Dan masih banyak lagi hal-hal yang saya setuju sebagai acuan untuk menikah. Di tulisan kali ini saya mau soroti tentang sudut pandang saya terhadap perkataan orang-orang dan sepengetahuanku tentang hal ini dari banyaknya sharing yang saya dengar.
Jadi menurut saya menikah bukan sesuatu yang harus dipakasakan, apalagi seperti jadi gengsi kalau sudah menikah dianggap laku. Menikah bukan ajang perlombaan, siapa yang menikah duluan dia yang menang.

-Menikah bukan tentang supaya ga di tanyain orang, malu sama tetangga, emang kenapa kalo di tanya kalau sudah nikah ya bakal ada pertanyaan lanjutan, kapan punya anak, kapan punya rumah, kapan punya anak kedua terus sampai mereka masih punya mulut dan hasrat untuk menjadi polisi sosial.
-Menikah bukan soal masalahnya akan selesai, memang masalah jadi double tapi orang nya juga double atau bisa jadi berdua lebih baik. Kalau kamu merasa sendiri saja masih banyak hal yang harus di kerjakan ya kerjakan apa yang jadi prioritas, memang pekerjaan ga ada harusnya dan ga akan pernah selesai.
-Pernikahan ga selalu jadi patokan seseorang bahagia. Banyak teman, saudara yang tidak bahagia karena menikah jadi kembali lagi tidak ada tolak ukur suatu kebahagiaan yang hakiki. Bahagia itu kita yang ciptakan dan tidak tergantung dari luar apalagi pasangan belum tentu bisa membahagiakan,aku sering dengar ungkapan lelaki ga mengerti mau nya wanita (Mars vs venus) dan sebagainya next akan saya share di next blog.
-Menikah bukan sebatas prewedding, wedding party,honey moon,ajang mewujudkan mimpi yang sudah di doktri dongeng sejak kecil. Jujur saya punya konsep pernikahan impian yang simpel, murah dan ga habis kan tenaga. Dari pernikahan ada perjalanan panjang pemikiran rumah isi rumah, asuransi, bantu keluarga, berperan disosial, improve diri kan belum pernah melakukan jadi ikut kelas yoga laah, kelas parenting, kalau anak sudah besar ada biaya sekolah, less dan lain-lain.
-Menikah ga selalu dan pasti punya anak. Sejak 2009 saya ke Jakarta saya cukup tersebut dengan banyaknya kasus rekan kerja yang susah punya anak hingga usia pernikahan 10 tahun. Ga sedikit yang menyerah hingga bercerai (next aku sharing juga di blog). Banyak orang tua yang kewalahan menjaga anak usia 0 bahkan orang tua yang anaknya sudah besar. Main job saya sebagai guru sampai punya daycare seperti sekarang saya cukup terima banyak cerita susahnya merawat anak dengan segala drama-dramanya.
-Menikah bukan semata tentang karena aku suka anak dan sudah pengen punya anak, pengen anakku nanti aku pakaikan baju princess, di jepit kuda aku kasih kuteks lulurnya, dan sebagainya. Bahkan ada yang obsessed kalau nanti punya anak akan bisa membahagiakan anak ga seperti dia dulu di perlakukan oleh orang tuanya, menurut aku tujuannya sungguh mulia namun perlu ditelaah kembali apakah semudah itu membesarkan anak, belum dari kesiapan mental jadi Ibu yang sabar, cerdas dan tangguh. Tidak sedikit teman saya yang punya anak bilang anak memberi kebahagiaan tapi di waktu yang sama dia juga bilang punya anak itu beban, ga bisa ini itu apalagi jika anak masih sangat kecil ditinggal ke toilet sebentar saja ga bisa. Ga sedikit orang tua yang bilang ke saya miss Val bisa ngajar anak sebanyak itu gimana ya saya ngajar anak satu aja sudah emosi…hehe. Momies yang di daycare juga sama miss saya urus satu anak saja repot apalagi banyak. Jadi kalau mau nikah coba liat kesiapan kamu dulu ini belum soal isu ekonomi, memanjakan anak, siapa yang menang yang lebih kuat anak atau Ibu (again next sharing yaa).
-Menikah bisa menghindari zinah. Banyak orang menikah tapi bisa zinah. Kalau saya menikah bukan karena Semata supaya halal berhubungan badan setiap waktu, karena pernikahan ga cuma soal sex.

-Menikah bukan semata karena akan ada yang menjaga, ada yang menikah dengan suami tapi di tinggal tugas setaun di luar negeri. Ada yang beranggapan menikah akan terjaga kehidupan financialnya (terutama wanita) dan ternyata banyak yang menikah malah makin terjebak dalam pusaran permasalahan economic. Dari sumbernya aku dapat kabar bahwa kasus perceraian terjadi dengan masalah utama adalah economic.Awal pernikahan suami masih bekerja dan mapan seiring waktu suami berhenti, di berhenti atau pindah kerja jadi mengguncang kestabilan ekonomi keluarga dan masih banyak cerita lain. Jika ada waktu akan saya tulis juga beberapa pengalaman pernikahan teman tentang masalah ekonomi yang menarik untuk di ulas.

Dan masih banyak lagi hal yang ingin saya tulis. Kalau di tanya tentang saya sendiri saya akan cerita kan selanjutnya mengapa saya belum menikah, karena apa itu lebih ke masalah pribadi mungkin sebagian bisa saya ceritakan.Sekian tentang pemikiran saya yang terbatas sepengetahuan saya saja. Saya berusaha menulis point lain yang sudah saya janjikan secepatnya supaya bisa berkesinambungan dan menjadi referesi ladies semua.Jika ada tambahan, atau kritik silakan bisa information ke saya bisa via email valentina.bangun@yahoo.com

Gimana cara aku jaga berat badan

Kalau di tanya gimana cara jaga badan jujur aku bingung jawabnya karena ada banyak pendapat. Ada yang bilang aku kekurusan. Ada yang bilang pas. Ada juga yang komen tambahin dikit. Jadi bingung kan..hehe. Aku mau mulai cerita waktu aku mulai puberty itu sma kelas 1. Memang ada telat tumbuhnya dan dapat haid pertama. Karena puberty dan sma jauh dari orang tua, dimana aku sekolah di Kota tinggal bersama Bibi dan sepupu-sepupu di tambah ketemu temen asik hadiah perlahan namun pasti berat badanku Naik 10kg lebih. Dari 38kg jadi 48kg sampai 58kg. Aku ga menyadari kecuali jd mudah keringetan dan baju memang pakai yang melar-melar jadi ga terlalu ngeh sampai seberat itu.

Selain pemicu diatas, waktu sma aku sekolah di lingkungan yang daerah pabrik jadi kebayang panasnya kayak apa. Aku ga bisa lepas dari air dingin/es. Aku kalau dirumah bisa habis 2 botol limun air dingin. Belum ditambah kalau lagi patah hati bisa habis banyak cemilan..hehe.
Sampai akhirnya aku masuk kuliah keguruan,dimana disana 90% penduduk kampus adalah wanita. Wanita disana ada yang sudah jadi guru pns/honorer, atau calon guru. Terbayangkan gimana cantik-cantik dan langsingnya mereka. Motivasi aku menguruskan badan saat itu adalah karena ada trend baju Sabrina. Baju kerut biasanya motif bunga-bunga, yang kalau dipakai melar-melar mengikuti bentuk tubuh. Aku suka banget sama baju Sabrina tapi kalau dipakai aku bentukannya maaf seperti lemper. Maka sejak hari itu aku Bertrand menguruskan badan. Dalam waktu 3 bulan berat badanku menjadi 48kg sampai ke bobot 45kg. Berat badan itu bertahan hingga sekarang 10 tahun lebih. Dan hampir 3 tahun ini aku mencoba menambah berat badan namun tetap ga berhasil.

Justru dengan meningkatnya kesibukan aku nampak seperti kehilangan berat badan ditambah effect tirus karena shading atau pernah coba Botox.
Aku masih belum menyerah untuk menambah berat badan dengan cara wajar (makan 3kali sehari, tidak panjang makan apapun kecuali yang dingin/es). Aku sebisanya tidur cukup 6 jam atau lebih. Jadi kalau di tanya jaga badan jawabanku ya tidak ada treatment khusu. Memang sejak diet ketat tahun 2005 aku sudah tidak gampang untuk Naik berat badan.

Yang bisa aku share adalah kebiasaanku sehari-hari.
1. Makan porsi spiring nasi 3x sehari
2. Banyak konsumsi sayur (contoh seiket sedang sawi buat 3x makan)
3. Minum air putih 2liter (aku lebih kadang,karena kulitku kering)
3. Sabtu atau minggu detox makanan (buah saja/jus, makan nasi pas sarapan saja karena dispepsia)
4.Banyak gerak.
Aku kemana-mana suka nya jalan kaki (sambil berdialog dengan diri sendiri)
Aku mencuci baju yang ada aksesoris (manik,rantai,kancing besar) pakai tangan.
Kalau aku biasanya stretching aja karena memang agak malas olahraga, ga suka ngitung lama-lama 1-8 hitungan berkali-kali (alasan).

Itu yang bisa aku sharing untuk yang bertanya gimana cara aku jaga badan. Aku Bersyukur pernah punya pengalaman berbadan gemuk meski hanya segelintir orang yang ingat, aku masih cari-cari photonya tapi belum juga ketemu. Aku juga Bersyukur bisa ada di berat badan yang bisa disebut slim. Intinya semua butuh proses dan perjuangan yang ga sebentar. Sebisanya berusaha membuat badan nyaman ga harus body goal.